Hm... how to start.
Sebetulnya kejadiannya sudah beberapa bulan yang lalu. Salah seorang junior gw menanyakan masalah terkait agama di milis alumni. Sebetulnya menurut gw milis itu bukan tempat yang tepat untuk menanyakan hal seperti itu.
Yang jelas, pada saat itu gw tidak berniat menjawab pertanyaanya. Karena milis itu yang isinya PHD, master , orang2 cum laude, bagi gw yang orang biasa2 aja, terlalu merepotkan untuk menulis sesuatu yang serius dan mendalam. Apalagi kalau hanya akan dilihat dari satu sisi saja, blind logic.
Kalau dipikir, pertanyaan junior gw itu mungkin mirip sekali dengan pertanyaan gw di masa lampau. Kalau tuhan itu begitu perkasa, kenapa begitu banyak koruptor di negara ini ? Kalau tuhan itu maha penyayang, mengapa begitu banyak suffering di dunia ini ? mengapa anak yang terlantar, teraniaya, tidak bisa makan tampak dimana-mana ? Kalau tuhan itu adil, mengapa jika seseorang berhasil melalui sebuah cobaan, maka seseorang akan diberi cobaan yang jauh lebih berat ? Sampai kapan ? Sampai orang itu tidak sanggup lagi ? Then, what's the point ......
Jawaban yang ada di kepala gw saat itu adalah jawaban yang reaktif. Sarat dengan muatan emosi dan dogma-dogma yang mungkin sudah berulang kali di dengar oleh si penanya. Mungkin... itu juga hal yang membuat kemalasan gw untuk membalas emailnya semakin kuat. kalau akan berujung di hal yang sama, menjadi debat kusir tanpa hasil, its just a waste of time.
The Answer
Kebenaran akan datang, tidak bisa ditebak dari mana arah datangnya. Kebimbangan seseorang yang dilontarkan disebuah milis, mungkin malah mendatangkan lebih banyak manfaat bagi diri gw dari pada si penanya. With that said, ada satu hal yang membuat gw teringat kejadian berbulan-bulan lalu itu. Sebuah kutipan pemahaman dari salah seorang mualaf di kolom republika :
Tuhan itu satu, tapi Dia mempunyai 99 nama yang melambangkan sifat-Nya.Perilaku Tuhan dalam Islam, melambangkan nama-nama itu. Kenapa Allah menghukum, karena dia mempunyai sifat Adil. Namun, Dia juga pemaaf Ghafur juga rahman dan rahim
Yah jawaban yang begitu sederhana, pengetahuan yang sudah lama gw miliki, asmaul husna. Perbedaannya adalah, pemahaman gw mengenai hal ini meningkat sedikit dibanding beberapa bulan lalu.
Hal-hal yang tidak terjelaskan itu, bukan lah sebuah efek dari sebuah perbuatan, atau impact dari suatu kondisi sebab-akibat. Manusia dengan arogannya terlalu sering 'Me-manusia-kan' tuhannya. Berbeda dengan manusia yang terkungkung dalam pilihan, dan terbius oleh pengetahuan. Dia adalah yang maha kuasa.
The advice
Kalau boleh dengan segala keterbatasan yang ada, gw diizinkan menyumbangkan sebuah saran. Seandainya kamu terjebak dalam keadaan seperti ini (semua manusia sepertinya melalui fase ini). Saran gw adalah :
Janganlah bertanya ke sembarang tempat. Dan jika kebutuhan akan jawaban hal itu sudah begitu kritis. Maka mulailah sebuah perjalanan, perjalanan spiritual mencari sebuah jawaban hakiki. Tetapi awal dan dasar perjalanan itu haruslah benar. Mulai dengan dasar keimanan, faith, bahwa yang Islam ajarkan adalah kebenaran. Jangan terjebak dengan logika, membuang segala sesuatu, memulai dari nol dan mencoba membandingkan segala sesuatu dengan metode ilmiah. Karena landasan dari agama dan alam semesta ini adalah keimanan.
Karena jika kamu terjebak, yang terjadi adalah kamu akan menuhankan logika. Membuat agama baru dengan memilih hal yang kamu sukai, mencampurkannya dengan ajaran lain, atau bahkan akhirnya... meniadakan tuhan. Karena tuhan yang tidak masuk akal dan tidak logis, bukanlah tuhan.
Dan jika perjalanan sudah dimulai dengan benar, banyaklah membaca untuk menambah pemahaman bukan pengetahuan mu. Menjadi kritis terhadap penjelasan yang ada dengan memanfaatkan logika untuk menemukan mata rantai selanjutnya untuk memahami ajaran yang begitu indah ini. Jadikan Al-qur'an dan terjemahannya sebagai penunjuk arah, dan keheningan malam untuk melihat makna yang tersirat dibalik tulisan-tulisan itu. All of that, will lead you to the right place ... And eventually, in time, the wisdom will come to you.
No comments:
Post a Comment