Pages

Thursday, November 30, 2006

rubber ducking

Gw sedikit bosan dan tidak bisa berkonsentrasi hari ini. Ini disebabkan karena partner in crime gw lagi cuti minggu ini, jadinya gw ngehandle sebagian kerjaan dia. Well yesterday was a fiasco, my job got interrupted every time someone needs help. Or the boss doesn't understand what causes the bug. Hari yang melelahkan. Berpindah set pola pikir terus menerus menyebabkan bagian besar otak melakukan voting dan menuntut a change of pace.

Jadinya hari ini gw perkecil goal kerjaan gw, dan mulai browsing2 sambil bekerja.

Well i found a few interesting things to light up my day, and this one worth mentioning :D

Lu pernah mengalami lu duduk didepan komputer selama ber-jam-jam. melihat sebagian kode program, dan berpikir what the hell is wrong with this piece of code !!!. Akhirnya lu nyerah, mencari orang terdekat, menarik-narik dia untuk melihat layar monitor lu, kemudian mulai menjelaskan bagaimana cara code program itu bekerja. Waktu berlalu beberapa saat, dan lu berhenti menjelaskan, terdiam beberapa saat... dan sambil memukul jidat.. "Oh itu dia penyebabnya".

Well there's another way to do this, and i quote
In fact, [Dave] Thomas said, you can even resort to "rubber-ducking." "I don't know why it works, but it works. You put the rubber duck on top of your monitor. Then, when you're stuck on something, you start explaining what the code does--aloud--to the duck." And before you've finished the explanation, the solution comes to you. You smack your forehead, and politely thank the duck, he said to general laughter.
Tentu saja orang-orang sekitar lu mungkin berpikir lu agak gila melihat lu ngomong sendiri dan berterimakasih kepada sang bebek *Damn if you do it, i wanna be there to watch, that would make my day*. Tetapi pilih mana dengan gak berhasil menyelesaikan masalah itu selama ber-jam-jam. Its a tip worth trying :D

here's the link if you interested reading the whole thing http://www.sdmagazine.com/documents/s=7151/sdmcnf0204e/sdmcnf0204e.htm

Friday, November 17, 2006

New things in Our Country

Its about this story. Kalau dibaca sepintas lalu sepertinya kabar bagus. Tetapi kalo dipikirin lebih jauh lagi, gw jadi sedih banget :(( *hiks*

Dasar perjanjiannya penegakkan haki. Gw ngerti sih tujuannya, ujung-ujungnya pengen seperti india dan china. Bisa mendirikan pusat riset Microsoft, yang dimasa depan akan mendatangkan devisa bagi negara kita. Tapi apa benar bisa begitu ?

Untuk bisa mencapai hal ini pemerintah harus membayar US$ 45 Juta untuk melisensi komputer-komputer yang berada di lembaga pemerintahan. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp. 9.000 jumlah yang dikeluarkan pemerintah menjadi Rp. 405.000.000.000,- atau 405 Milyar rupiah. Thats a lot of zeroes. Dan gw yakin banyak yang berpikir bahwa uang sejumlah itu jauh lebih bermanfaat jika dialokasikan ke sektor lain seperti pendidikan, kesehatan dll. And I Totally agree with that.

Gue rasa keputusan pemerintah kita ini naif banget. Dan menjadi salah satu bukti bahwa mental pemerintahan kita ternyata belum berubah. Mereka mencoba membeli masa depan, mereka berpikir dengan mengeluarkan uang sebanyak itu dengan tiba-tiba negara kita bisa disulap menjadi india yang sumber devisa tertingginya didapat dari IT industri. Beneran naif banget, why, i have my reason.

Yang pertama, untuk benar-benar bisa mendukung hal tersebut butuh dukungan banyak faktor. Universitas2 yang mengeluarkan lulusan berkualitas dibidang IT, infrastruktur pendukung, insentif untuk perusahaan2 start-up, dll. Beberapa hal sudah dirintis, tapi gw bilang sekali lagi Naif banget. Masih banyak yang hanya slogan2 semata, impian tanpa realisasi, birokrasi berbasis sogokan. Menyebalkan.

Yang kedua, efek yang ditimbulkan dengan langkah ini bisa membuat bangsa kita terjajah lagi. Microsoft semenjak beberapa tahun lalu sudah merubah lisensi-nya dari membeli menjadi menyewa. Berarti biaya dikeluarkan untuk membeli lisensi microsoft saat ini harus dikeluarkan lagi saat lisensi tersebut telah habis. Misalkan saja lisensi itu habis dalam jangka waktu 2 tahun dan indosia setidaknya harus mengeluarkan jumlah yang sama (berdasarkan inflasi harusnya lebih mahal). Berarti dalam 2 tahun kedepan industri IT kita harus mampu menghasilkan keuntungan sebesar US$ 90 Juta.

Ok, tidak ada investasi yang dapat kembali dalam secepat itu. Karena industri butuh waktu untuk berkembang. Tapi berapa lama waktu yang dibutuhkan? 2 tahun berikutnya dibutuhkan keuntungan US$ 135 juta untuk dapat impas. 2 tahun berikutnya menjadi US$ 180 Juta, dst. Jadi menuju tahun2 kedepan pendidikan kita semakin menurun karena dananya tersedot ke sektor lain, sdm bermutu yang dihasilkan semakin sedikit, sedangkan dana untuk investasi akan terus mengalir keluar.

Yang ketiga, pemerintah kita mencoba merebut bagian dari kue yang sudah terbagi. India sudah terkenal sebagai raksasa IT. China sudah menerapkan IPv6 untuk jaringan negara-nya, sebuah google research center juga sudah berdiri disana. Indonesia ?? Indonesia dibilang punya potensi untuk menyamai kedua negara itu? Potensi dari mana? Jumlah penduduk saja ? Its not enough.

Gw yakin para pembuat keputusan2 di atas adalah pebisnis handal. Mereka pasti sudah mengenal blue ocean strategy. Apakah bagian kecil dari kue itu harga-nya begitu besar. Atau hanya salah satu cara untuk mengeruk keuntungan pribadi diatas nasib bangsa ?

Yang keempat, dengan keputusan ini berarti hampir semua dokumen pemerintahan akan disimpan dalam bentuk word, excell, powerpoint dll. Yang cara bekerjanya hanya diketahui oleh pihak microsoft. Tingkat adopsi dan kemudahan memang menjadi hal yang layak dipertimbangkan. Tetapi kalau terkait dengan dokumen2 yang 'crucial' bagi negara kita, shouldn't we think more about security? Tidak ada jaminan bahwa dokumen tersebut akan tetap 'aman' dan hanya berada di indonesia. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan kita tentang bagaimana cara microsoft menyimpan dokumen2 tersebut.

Yang kelima dan yang paling terpenting. Sebenarnya sekitar 6 bulan yang lalu. Indonesia sudah memiliki sebuah gerakan yang di sponsori oleh MenRistek, Indoesia Goes Open Source atau disingkat IGOS. Tujuan utama-nya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat indonesia tentang HAKI. Dengan cara menggunakan software2 open source dilingkungan pemerintah. Diharapkan dengan hal ini kesadaran masyarakat akan meningkat.

Dari segi adaptasi memang aplikasi propetiary memiliki kemudahan, dan tingkat familiaritas yang tinggi dilingkungan user. Tetapi berdasarkan pertimbangan "Bisa karena biasa" solusi ini lebih menjanjikan. Keuntungannya sudah jelas, jumlah uang yang harus dikeluarkan jauuuuuhhhhhh..... h lebih sedikit daripada solusi yang sedang diterapkan pemerintah kita ini. Kemudian di jangka panjangnya user di didik untuk menjadi lebih cerdas, mencari tahu cara bekerja, bahkan mungkin sampai ada yang mencoba membetulkan sendiri, dibanding dengan menunggu orang vendor untuk datang tergopoh2 karena di telp saat lagi bulan madu. Selain itu kita juga punya kendali terhadap proses yang terjadi di balik layar, dan format yang digunakan.

Kekurangan terbesar dari solusi ini kemungkinan besar adalah efisiensi, tapi sejujurnya berapa BUMN di pemerintah kita yang benar2 punya Effisiensi yang critical ? Gw rasa bagi mereka yang tahapnya seperti itu solusi propietiary masih logis. Dan biasanya performance-nya memang mendukung hal tersebut.

Selain ini gerakan ini juga berniat untuk menyediakan sebuah wahana berbasis webservice. Yang memungkinkan antar Departemen dan BUMN dipemerintah untuk saling tukar menukar informasi dengan cepat.

Tetapi dengan perjanjian yang ditandatangani pemerintah ini gerakan itu seperti mendapat hantaman dan mundur 3 langkah. Its such a shame. FYI gerakan IGOS ini didukung oleh Kementrian Riset Dan Tekonologi Sedangkat perjanjian pemerintah dgn microsoft itu didukung oleh sebuah dewan yang beranggotakan 11 Menteri, yang diketui oleh MenKomInfo. Sudah keliatan kan ini perseteruan siapa :D

Sekarang silahkan dipikir sendiri apa yang terjadi seandainya gerakan ini dibiarkan begitu saja, dan kita hanya percaya dengan kata manis yang membungkus perjajian itu.

- Sedih Aku -

Update :
Urgh.. gw tebalik yah? yang support IGOS itu MenRistek Sedangkan yang ikut Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional itu MenKomInfo. Jadi yang bejat itu MenKomInfo Bukan MenRisTek. Sorry my memory failed me :(, the point still the same.

Same old things

Baru-baru ini di salah satu milis yang gw ikutin, salah satu topik lama mulai mencuat kembali. Permasalahan BBM dan Subsidinya. Udah topik basi sih, dan sebetulnya gw paling males mengkomentari hal gak berujung seperti ini. Tapi ada satu kalimat di salah satu respon yang membuat sel-sel kelabu otak gw mulai bekerja.

Permasalahan yang diangkat adalah nilai pertamax yang sekarang sudah 4.850. Hanya berbeda 350 dengan nilai premium bersubsidi (4.500). Dengan perhitungan sederhana antara harga dengan nilai oktan masing-masing produk. Seharusnya nilai premium bersubsidi dibawah 4.500. (kalau gak salah dengan cara perhitungan yang sama, nilainya sekitar 4.350). Kalo benar itu nilai sesungguhnya jadi sebenernya yang di subsidi itu apa ?? Kalau salah, perhitungan sebenarnya gimana?

Bla.. bla.. bla.. Berbagai argumen bermunculan. Tetapi satu kalimat telah berhasil dengan sukses membuat gw terpaksa mengkomentari.
"Udah kalau mau gampang, cabut aja subsidi premium. Serahkan aja ke mekanisme pasar seperti pertamax. Beres."
Memangnya bener yah semudah itu ?? Yang terpikir oleh gw bakal terjadi chaos, karena ekonomi kita belum sestabil itu. But the idea is intriguing.

Yang pertama gw rasa proses pencabutan subsidi tidak segampang itu. Prosesnya panjang, perlu persetujuan DPR , MPR, pertimbangan dampak yang akan timbul dll. Selain itu nilai minyak yang sekarang turun ini gak bisa dijadikan alasan yang cukup kuat untuk mencabut subsidi. Karena jangka waktunya terlalu pendek untuk mencerminkan harga minyak yang sesungguhnya.

Lalu apakah berarti subsidi gak bakal pernah dihapus ? Kalo menurut gw sih "Akan".

Jadi begini, apa sih efek dari pencabutan subsidi. Toh hanya akan mempengaruhi mobil-mobil ? sepertinya tidak se-signifikan itu.

Efek yang paling krusial dari pencabutan subsidi BBM sebenarnya adalah pengaruhnya terhadap jalur distribusi. Karena hampir semua jalur distribusi kebutuhan dasar kita, masih mengandalkan BBM. LPG masih dibawa dari pertamina ke mini fillingplant dengan truk2 berkendaraan BBM. Pembangkit Listrik di negara kita masih banyak yang menggunakan BBM. Transportasi jangan ditanya lagi.

Kemungkinan terbesar subsidi BBM bisa dicabut adalah saat ketergantungan jalur distribusi kita sudah berkurang. Di saat infrastruktur pipa-pipa gas yang menyalurkan gas alam langsung kerumah-rumah sudah banyak tersedia. Saat pembangkit listrik tenaga gas alam, batu bara, nuklir telah selesai dibuat. Setelah transportasi masal berbasis energi alternatif sudah mulai berjalan. Itulah saat yang paling tepat untuk mencabut subsidi. Efeknya mungkin masih tetap signifikan. Tetapi setidaknya bisa ditekan sehingga faktor pengali-nya tidak sebesar dulu.

Lalu subsidi yang dicabut akan dikemanakan ? Dipindahkan ke sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan. Kalau menurut gw sih sebagian kecil bisa dipindahkan. Tetapi sebagian besar masih dipergunakan sebagai subsidi bahan bakaal alternatif seperti bio gas dan bio diesel. Sehingga memiliki nilai lebih dibanding BBM yang sudah tidak disubsidi. Sehingga dengan cara ini tingkat konsumsi BBM murni bisa ditekan, serta menumbuhkan lapangan pekerjaan dan investasi baru.

Kalo benar terjadi seperti itu, mungkin untuk kali ini bapak-bapak di DPR, MPR dan pemerintahan untuk kali ini bertindak dengan benar. Tapi biasanya sih ada salah satu pihak yang lebih mementingkan ego-nya daripada kesejahteraan bangsa.

Well thats enough for my first rant. Glad to get it out of my head.

Thursday, November 16, 2006

Call Me Second

Hehehe enough testing, saatnya mengisi content.

Ini blog ke dua gw, so call me second.

Ada beberapa alasan kenapa gw membuat blog ini :

  1. Karena akses ke blog pertama gw dibatasi oleh kantor, hanya bisa dilakukan diluar jam kantor.
  2. Selain itu di blog pertama gw, terlalu banyak konstrain yang gw buat sendiri :P
    • Gak mau nulis blog kayak diary
    • gak mau nulis blog yang menyinggung masalah politik atau percintaan
    • menulis content blog direview berkali2 supaya rapih dan terstruktur (yang ini terkait dengan kemampuan menulis gw, yang amat sangat buruk *tehehehe*)

Well untuk yang ini gw pengen bisa menulis dengan bebas. Dengan sedikit anonimitas mungkin hal itu bisa gw capai. Selama ini selalu terbentur dengan respon orang2, dan respon diri gw sendiri terhadap tulisan gw. Jadi secara tidak sadar pikiran gw memblok hal-hal yang ingin gw tulis (dengan kata lain males :)) )

Hehehe liat aja hasilnya nanti bagaimana :D


powered by performancing firefox

Test Dari Performancing

Kalo dibuat dari performancing bisa di edit lagi gak yah ?

Hiks ternyata gak bisa. Masa dia gak ngasih API untuk ngedit post yah ?
Shouldn't be that hard :P




powered by performancing firefox

test

akhirnya bikin blog beneran :P