Pages

Wednesday, December 6, 2006

Motor Dikiri

Kalau lu pergi ke kantor melewati beberapa jalan protokol di jakarta, pasti lu melihat perkembangan terbaru di jakarta saat ini. Melihat plang-plang dan bapak-ibu polisi yang mengarahkan pengendara motor untuk melewati jalur kiri. Katanya sih untuk mengurangi kemacetan, tapi di jalur yang gw lewati (cawang-pancoran-mt haryono-gatot subroto), kok bukannya mengurangi kemacetan malah membuat semakin macet yah? Jadi bertanya-tanya.

Kalau menurut gw penyebab utama kemacetan di jakarta ada 4 hal:
  1. Angkutan Perkotaan (Bis kota, metromini, mikrolet dll). Kebiasaan berhenti seenaknya, menurunkan penumpang bukan ditempatnya. Ngetem, memotong jalur kendaraan sesuka hati, tidak berjalan disaat lampu lalu lintas berubah dari merah ke hijau. Pokoknya segudang deh dosanya.
    Kalau satu angkot saja bisa membuat arus kendaraan yang lewat menjadi terganggu, bayangkan saja efeknya kalau semua angkot bersikap seperti ini.
  2. Perbandingan jumlah mobil pribadi dengan perbandingan panjang jalan di jakarta, serta jumlah penumpang yang diangkut.
  3. Jumlah motor dan tingkah laku pengendara motor.
  4. Pedagang kaki lima yang menggunakan bahu jalan sebagai tempat berjualan.
Kalau dilihat dari daftar ini, sebetulnya pengendara motor hanya menempati urutan ke 3. Lu bisa bilang gw bias, tapi kalau lu mencoba untuk obyektif, gw yakin apa yang gw kemukakan ada benarnya.

Di jalur sebelah kiri adalah tempat angkot lewat, karena angkot-angkot itu masih belum teratur, kemudian mobil-mobil pribadi juga ada yang menggunakan jalur kiri dan juga menurunkan penumpang. Ditambah lagi kendaraan dari jalan perumahan yang bermunculan di jalur kiri. Semua berusaha masuk ke jalur kiri, maka efeknya kemacetan yang terkira karena terjadi efek bottle neck.

Hal ini menjadikan jalur kiri sebagai neraka bagi pengendara motor. Dan selama hal ini tidak diperbaiki maka para pengendara motor akan selalu berusaha untuk berpindah jalur. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan baru. Sebetulnya jalur kanan itu apa ? Jalur cepat? Jalur untuk mendahului atau jalur untuk mobil ?

Selama ini di beberapa ruas jalan raya seperti gatot subroto gw bisa menempuh motor gw sampai 120 km/jam. Karena dukungan aspal yang bagus dan jalur didepan yang sepi kecepatan seperti itu bukanlah hal yang menyeramkan bagi pengendara motor. Apa itu berarti gw boleh menggunakan jalur sebelah kanan, seandainya jalur sebelah kanan itu memang dimaksudkan sebagai jalur cepat?

Sepertinya gak bakal boleh :D, i think we all know that :P kalau gw coba pasti gw ditilang.
Berarti sudah jelas bahwa jalur dikanan itu bukanlah jalur cepat, melainkan jalur untuk mobil.

Kalau kenyataannya seperti itu, ada hal yang membuat gw lebih concern lagi. Untuk saat ini memang jalur kanan akan lebih bebas. Tetapi berarti ini akan mendorong orang-orang untuk mengendarai mobil pribadi kembali. Dan berdasarkan daftar gw diatas. Jumlah perbandingan mobil pribadi adalah faktor penyebab kemacetan lalu lintas yang ke dua. Sehingga dimasa depan bisa memicu kemacetan yang lebih parah. Belum lagi efek-efek lain seperti meningkatnya kembali konsumsi BBM. Dengan kebijakan yang ada sekarang, hal seperti itu tidak lama lagi pasti akan terwujud.

Lalu apa maksud gw? biarkan aja motor semau-nya aja? Tentu saja bukan begitu.

Kalo langkah ini diambil untuk mengurangi kemacetan, well honey you have the wrong target. Masih banyak hal-hal yang perlu dibenahi terlebih dahulu untuk langkah ini bisa sukses. Salah satunya adalah untuk mencegah ruang kosong di jalur kanan itu, kembali dipenuhi oleh mobil pribadi. Toh sebentar lagi infrastruktur transportasi masal kita akan terwujud.

Dan kalau langkah ini diambil untuk meningkatkan ketertiban; terakhir gw baca di detik, kurang lebih ada 14 Juta pengguna motor di jakarta ini. Sudah saatnya mereka diperlakukan selayaknya, bukan sebagai sub-vehicle dibawah mobil. Mobil sudah memiliki jalan Tol yang hanya dipergunakan oleh mereka, jangan ditambah lagi. Berikanlah jalur yang layak bagi pengendara motor, disertai rambu-rambu dan segi keamanan yang baik. Karena dengan keadaan seperti neraka di jalur lambat seperti saat ini , bagaimana bisa para pengguna motor mendukung kebijakan yang telah diambil oleh bapak-bapak pengatur lalulintas.

Tapi gw ragu suara seperti suara gw bakal terdengar sampai keatas. Toh bapak-bapak yang memiliki suara terhadap pembuat kebijakan, hampir semuanya mengguanakan mobil sebagai kendaraan pribadinya. Jadi selama jalur mereka sudah bebas, gw rasa mereka tidak memikirkan lagi keadaan sekitar dan dimasa depan.

Memang benar negara ini terbentuk untuk melayani si kaya dan berkuasa.

~unegUneg

No comments: