Pages

Sunday, January 24, 2010

The systems

Di analisa D-I-S-C gw tergolong orang yang high S-C. Nilai Stability dan Compliancenya tergolong tinggi. Ini artinya gw termasuk orang yang nyaman berada didalam sebuah struktur yang baku dan sudah memiliki rule dengan standar operating procedurenya.

Tapi sejujurnya semenjak dulu gw selalu memimpikan hidup hidup sebagai seorang laki-laki sejati. Yang dalam kamus gw itu berarti hidup dengan prinsip, hanya menjunjung tinggi kebenaran, dan tidak terbelenggu harta dan posisi. Mengatakan sejujurnya apa yang ada di depan matanya, dan bisa meyadarkan orang-orang banyak untuk hidup di jalan yang benar. That's right, plain old stereotype from comic book of righteous hero.

Padahal kalau dipetakan ke realitas, gw sendiri yakin, bahwa pahlawan2 di buku komik itu tidak bisa 100% bertindak seperti yang mereka lakukan. Too many coincidence, people dies and live is always a bitch. But still... it must be wonderful to live like that. Every morning woke up feeling fresh and happy, living side-by-side with what you truly believe, and every day is pretty good day to die.

Tapi itu semua sepertinya berat untuk bisa hidup di jaman ini. Kita sebagai masyarakat sudah terlalu diperbudak dengan sistem. Kalau tidak mempunya cicilan rumah dan mobil untuk 15 tahun ke depan, tidak bisa hidup layak. Kalau tidak punya asuransi, tidak bisa melahirkan anak. Dan sakit berkepanjangan hanya akan menyeret orang-orang yang kita tinggalkan dengan hutang segunung yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. And because of that we always live in fear. Bangun setiap pagi memikirkan 10 tahun kedepan,tidak pernah menikmati hari ini, membayangkan apakah kestabilan yang kita miliki ini akan tetap ada ?

Hutang yang membebani kita membuat kita tumpul untuk perduli terhadap sekitar kita. Sisi kemanusiaan semakin terkikis. Bayangkan betapa murahnya harga nyawa seorang manusia di jaman ini. Dengan uang asuransi 100 juta, seakan-akan semua kesedihan keluarga bisa ditebus lunas. 25 tahun pengorbanan membesarkan seorang anak terhapus dengan seuntai kata maaf seremonial tanpa niat yang sudah di ulang sebanyak 100.000 kali.

Bagaimana 1000 nyawa adalah harga yang layak untuk menyelamatkan 1.000.000 orang. Bagaimana nyawa 100 prajurit, 100 suami, 100 ayah adalah harga yang telah disiapkan demi nyawa Satu orang presiden. Kalau kita dilahirkan secara fitrah dan sejajar. Siapakah yang kemudian memberikan nilai jiwa-jiwa manusia ini. Dan siapakah yang melakukan diskon besar-besaran, sale of this century ? Siapakah sebetulnya yang paling mengerti berapa besar harga nyawa seseorang itu, kecuali dirinya sendiri dan mungkin orang tuanya ?

Dan mengapa begitu mudah kita memaafkan pembunuhan atas nama kecelakaan dan kemajuan teknologi. Ketika hukuman diterima hanyalah 3 bulan bermain sinetron dimata publik. Untuk mengulangi kesalahan yang sama 6 bulan kemudian tanpa ada beban moral sedikit pun.

Apakah kita sudah begitu tumpul, hidup bagaikan mayat hidup. Mengikuti perkembangan zaman yang telah ditentukan oleh orang-orang yang tidak mengerti arti mendasar menjadi manusia. Untuk berkata sakit jika kita sakit, untuk berteriak tolong saat kita membutuhkan pertolongan, dan untuk mengulurkan tangan disaat orang lain membutuhkan pertolongan.

So tell me, how to make our selves to wake up from this fake reality.

PS: ada satu frase yang baru gw dengar tapi i fall in love with it immediately
"Kebenaran kadang-kadang tidak terlihat karena tertutup bayangan 'akal sehat'. 'Jangan menyerah', meskipun kata itu sederhana. Pada akhirnya hanya itu yang bisa kita pegang.


~FD

No comments: